Monday, December 3, 2007

Ibu

Ini seperti keinginan Ibu, selepas kuliah mendapat pekerjaan. Pas sekali. Kamu harus syukuri ini. Soalnya ini tidak mudah. Kamu mendapat kemudahan, benar-benar pantas bersyukur.

Namanya mengawali. Jelas harus dimulai dengan “tidak enak”. Itu sudah biasa. Kamu, menginginkan itu khan?

Nasihat tampak bertenaga dengan derai tawa ria yang sumringah.
Aku menemukan kesegaran dari seorang Ibu yang baru ‘recovery’ dari sakit.
Kulihat kegembiraan dari seorang Ibu yang tengah mengantarkan seorang anaknya.
Barangkali impiannya telah jadi kenyataan, seperti “A Dream Come True”.

Sungguh, Tuhan aku kembali punya tenaga untuk berbuat lebih banyak daripada sekadar ‘Aku hari ini’.
Aku memperoleh “air susu” pemberi kehidupan dari seorang Ibu

Meski aku di sini, tidak melihat secara kasat mata kegembiraan Ibu.
Hampir pasti aku bersama dengan kegembiraan itu, lebih dari sekadar penembusan terhadap “keterjarakan ruang-waktu”.
Ibu telah mengirimkan impuls-impuls kebahagiaan melalui kesadaranku.

Aku, kini, punya tugas mengubah harapan-harapan Ibu.
Dan itu karena syukurku terhadap proses penempuhan hidupku bertajuk “Pencarian, Menuju Keyakinan Jilid Terakhir”.

Matraman-Jakarta Timur, 12 Desember 1999

*) Melihat-lihat Jakarta: Utan Kayu, Pasar Rumpur, Melawai, Blok M
Di desaku, orangtuaku tasyakuran

No comments: